Ciri-ciri Cerita yang Bertele-tele Versi WarnaiCerita
“Apaan sih? Ini cerita kok makin lama makin gak jelas?”
“Hambar banget ini cerita. Kenapa gak langsung ketemu aja sih? Si itu sama si ini?”
Pernah mengalami atau mendengar seseorang saat membaca suatu novel, entah itu di platform online maupun dalam bentuk fisik yakni dalam bentuk buku dan mereka melemparkan pertanyaan monolog seperti kedua contoh pertanyaan di atas? Kalau iya, jangan salahkan si pembaca. Novel yang sedang dibaca itulah yang harus diperhatikan kalau saja dalam novel itu, ada yang salah.
Cerita yang bertele-tele, memang sangat tidak mengenakkan untuk dibaca. Bukan dibawa greget oleh ceritanya, pembaca malah dibawa greget karena jalan cerita yang berbelit-belit dan bertele-tele. Intinya, terlalu banyak hal yang semestinya tidak perlu dibahas. Membuat cerita itu bertele-tele. Jatuhnya malah hambar dan pembaca, cepat atau lambat akan meninggalkan cerita seperti itu.
Baca juga: Buat Cerita Lebih Hidup Lewat Pengembangan Narasi dan Dialog
Untuk kejadian, novel dalam bentuk fisik, jarang sekali ada cerita yang bertele-tele dan membuat pembaca berkomentar negatif tentang cerita itu. Alasannya karena cerita yang sudah dalam bentuk buku, telah melewati serangkaian alur penerbitan.
Salah satunya, telah melewati meja editor. Membuat cerita, sudah mengalami pemolesan khusus dari tim editor sendiri. Jarang bukan berarti tidak ada. Ada, tetapi kejadiannya sangat sedikit. Tidak separah dengan cerita yang beredar bebas di platform novel online.
Ini benar terjadi. Penyebabnya, cukup sederhana. Dikarenakan kurangnya pemahaman mengenai cerita bertele-tele itu bagaimana dan alasan lainnya lagi karena cuan. Cuan dari aplikasi yang dipakai untuk memposting cerita. Semakin rajin author menulis dan view cerita terus meningkat, semakin besar pula ide author atau penulis sendiri mendesain ceritanya semakin bertele-tele, agar bab terlihat banyak. Cara yang sejatinya sangat tidak dibenarkan.
Ciri-ciri Cerita yang Bertele-tele
Bagi kamu yang baru belajar untuk menulis sebuah cerita, simak baik-baik pembahasan sederhana ini. Jangan sampai, cerita yang kamu buat, dicap sebagai cerita yang bertele-tele. Lalu, bagaimanakah Ciri-ciri Cerita yang Bertele-tele itu? Berikut adalah pembahasanya.
1). Cerita yang Bertele-tele, Selalu Mengulang-ulangi Pemberitahuan Informasi yang Sama
Aulia adalah gadis periang, tetapi itu terjadi sebelum ibunya meninggal. Setelah ibunya meninggal, senyum hangat di wajah imutnya tidak lagi tampak. Perubahan sifat dari ceria, menjadi murung, disebabkan karena ibunya meninggal.
Sepeninggalan ibunya, Aulia enggan lagi tersenyum lebar. Ibunya menjadi tongkat utama keceriaan bagi Aulia. Namun, setelah ibunya meninggal, Aulia tidak lagi menjadi gadis yang periang seperti dulu.
Bagaimana tanggapanmu setelah membaca dua paragraf penggalan cerita di atas? Sudah tentu geram bukan. Semua orang sudah tahu bahwa ibunya Aulia meninggal sejak membaca kalimat pertama di paragraf pertama.
Namun, selalu disebutkan bahwa ibunya Aulia meninggal. Di paragraf ke dua juga, sudah disebutkan bahwa Aulia tidak lagi menjadi gadis periang setelah ibunya meninggal. Padahal di paragraf pertama, sudah dijelaskan.
Inilah contoh kecil dari Selalu Mengulang-ulangi Pemberitahuan Informasi yang Sama.
2). Mengurangi Scane yang Tidak Memiliki Korelasi Dengan Inti Cerita
Bagaimana cara Mengurangi Scane yang Tidak Memiliki Korelasi Dengan Inti Cerita? Caranya sangatlah mudah. Misal seperti contoh ini. Dalam salah satu bab cerita, contohnya pada bab lima sedang membahas tentang tokoh utama yang sedang menyelamatkan putri kerajaan dari serangan makhluk asing.
Jadi, langsung tembak saja inti cerita bab. Tentang tokoh utama yang menyelamatkan si putri kerajaan. Jangan lagi membahas mengenai kisah hidup si tokoh utama atau membahas kehidupan si putri kerajaan. Sekali lagi, jangan. Itu hanya membuat para pembaca langsung mengatai-ngatai ceritamu.
3). Tidak Menerapkan Penggunaan Kalimat Efektif
Apa itu kalimat efektif? Kalimat efektif adalah kalimat yang tersusun berlandaskan kaidah menulis dan diperjelas lagi dengan pemilihan diksi yang tepat. Sehingga, maksud yang berusaha disampaikan lewat tulisan bisa sampai ke pemahaman si pembaca tulisan.
Adapun kalimat yang tidak efektif adalah kebalikannya. Bagaimana contoh kalimat yang tidak efektif? Berikut contohnya.
Sukses itu adalah merupakan buah dari kerja keras.
Bagaimana? Itu adalah contoh kalimat yang tidak efektif. Secara spesifik, suatu kalimat dikatakan tidak efektif karena menggunakan kata dengan makna yang sama, penggunaan konjungsi yang berlebihan, dan pemilihan diksi yang tidak tepat.
Jadi, jauhilah penggunaan kalimat yang tidak efektif. Selalu belajar membuat kalimat yang efektif.
Sudahkah kamu membagikan sesuatu yang bermanfaat hari ini? Kalau belum, silakan bagikan tulisan ini kepada orang yang mungkin membutuhkannya.

Posting Komentar untuk " Ciri-ciri Cerita yang Bertele-tele Versi WarnaiCerita"