Dialog Tag dan Dialog Aksi Dua Jenis Dialog yang Harus Dikuasai Sebelum Menulis Cerita
Singkatnya, dialog adalah percakapan dua orang atau lebih yang di mana, dialog ini di bagi lagi menjadi dua bagian. Ada dialog atau percakapan secara lisan dan ada juga secara tertulis. Dalam melakukan dialog, perlu adanya sikap saling memahami dan tentunya ada timbal balik di dalamnya.
Namun, dalam menulis cerita, akan menggunakan dialog secara tertulis juga. Dialog tertulis dengan dialog secara lisan, memiliki perbedaan yang cukup jauh, bila dilihat dari segi kaidah. Ada perbedaan kaidah antara dialog tertulis dengan yang secara lisan.
Perbedaan Dialog Tag dan Dialog Aksi
Di sini, akan dibahas secara spesifik mengenai dialog tertulis khususnya Dialog Tag dan Dialog Aksi Dua Jenis Dialog yang Harus Dikuasai Sebelum Menulis Cerita. Baik, tanpa berlama-lama lagi, mari masuk ke dalam pembahasanya.
1). Dialog Tag
Dialog tag adalah dialog yang bergantung pada frase untuk menginformasikan atau memperjelas identitas si penutur dialog. Frasa dialog tag ada banyak. Mulai dari ucap, tanya, balas, caci, seru, dan lain sebagainya.
Untuk memperjelas, lebih baik masuk ke dalam contoh, agar lebih mudah memahami dialog tag itu yang seperti apa.
“Bisa saja, aku mencintainya,” ucap Eka sembari berusaha menahan tawa.
Nah, seperti itulah rupa dari dialog tag. Ada dialog yang juga diikuti dengan frasa.
“Bisa saja, aku mencintainya,” (ini dialognya).
ucap (ini frase dialog tag-nya).
Eka sembari berusaha menahan tawa. (dan ini penjelasan mengenai identitas si penutur dialog).
Cukup jelas bukan? Mudah pula untuk dimengerti. Perlu juga diketahui, bahwa frasa dialog tag sebelumnya harus menggunakan tanda koma dan untuk frasa, tidak boleh kapital. Coba perhatikan lagi contoh dialog tag di atas.
“Bisa saja, aku mencintainya(,)” (u)cap Eka sembari berusaha menahan tawa. Seperti ini, dialog tag yang benar. Kesalahan umum dalam menuliskan dialog tag seperti contoh di bawah ini.
“Bisa saja, aku mencintainya” Ucap Eka sembari berusaha menahan tawa. Ini salah karena dialog tidak menggunakan tanda koma dan untuk frasa dialog tag, tidak boleh menggunakan huruf kapital. Ini kesalahan umum author pemula sering lakukan. Dampaknya, fatal sekali. Bagi yang kurang pemahaman dalam kaidah menulis, pasti menganggap ini baik-baik saja. Namun, di mata mereka yang paham kaidah menulis, kesalahan seperti ini, tak jarang membuat mereka menggigit bibir sendiri saking gemasnya.
Adapun contoh frasa dialog tag, sebagai berikut.
- Frasa Netral
kata, ucap, ujar, tutur, cetus, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, pinta, ajak.
- Netral sebagai respons
balas, sahut, jawab, terang, jelas, sela, potong, tukas.
- Memuat nada emosi
caci, cerca, cela, canda, ejek, sindir, hina, dan kelakar.
- Nada emosi tinggi
jerit, seru, teriak, sergah, dan raung.
- Nada emosi rendah
bisik, lirih, dan gumam.
2). Dialog Aksi
Dialog aksi adalah dialog yang selain daripada frasa dialog tag seperti pada contoh di atas. Dialog aksi ini, lebih menekankan penjelasan pada aksi atau aktifitas tokoh sebagai penginformasian identitas si penutur dialog. Tidak hanya aktifitas ciri-ciri dari penutur dialog pun bisa dijelaskan dalam dialog aksi ini.
Intinya, dialog aksi adalah dialog yang tidak menggunakan frasa dialog tag sebagai penjelas. Untuk contoh, bisa dilihat di bawah ini.
“Bisa saja, aku mencintainya.” Entah untuk yang ke berapa kalinya Eka berusaha menahan tawa. Jilbab merah jambu berpadu dengan baju gamis membalut tubuh mungilnya, membuat Eka seperti jamur kancing yang diterpa sinar pagi mentari.
Seperti itulah contoh dialog aksi. Memberikan penjelasan mengenai siapa penutur dari dialog, sekaligus ciri fisiknya, walau tanpa bantuan dari frasa dialog tag.
Perlu juga diketahui, bahwa dialog aksi sebelumnya harus menggunakan tanda titik dan untuk kalimat penjelas, harus diawali dengan huruf kapital. Coba perhatikan lagi contoh dialog aksi di atas.
“Bisa saja, aku mencintainya(.)” (E)ntah untuk yang ke berapa kalinya Eka berusaha menahan tawa. Jilbab merah jambu berpadu dengan baju gamis membalut tubuh mungilnya, membuat Eka seperti jamur kancing yang diterpa sinar pagi mentari. Nah, seperti itulah dialog aksi yang benar. Adapun kesalahan umum dalam menulis dialog aksi adalah sebagai berikut.
“Bisa saja, aku mencintainya” entah untuk yang ke berapa kalinya Eka berusaha menahan tawa. Jilbab merah jambu berpadu dengan baju gamis membalut tubuh mungilnya, membuat Eka seperti jamur kancing yang diterpa sinar pagi mentari. Ini salah karena dialog aksi tidak menggunakan tanda titik dan untuk kalimat penjelas tidak diawali dengan huruf kapital. Ini kesalahan umum author pemula sering lakukan.
Nah, begitulah pembahasan mengenai Dialog Tag dan Dialog Aksi Dua Jenis Dialog yang Harus dikuasai Sebelum Menulis Cerita. Semoga bisa dipahami dan bermanfaat dalam penggunaanya.
Sudahkah kamu membagikan sesuatu yang bermanfaat hari ini? Kalau belum, silakan bagikan tulisan ini kepada orang yang mungkin membutuhkannya.

Posting Komentar untuk "Dialog Tag dan Dialog Aksi Dua Jenis Dialog yang Harus Dikuasai Sebelum Menulis Cerita"